Sudah Dibawa ke Polandia! Inovasi Krupuk Tuiri
Asal Bengkulu Tuai Apresiasi Leni John Latief
dan Anggota DPR.
krupuktuiri.com Rabu, 23 Juli 2025 | 14:20 WIB
Anggota DPD RI asal Bengkulu, Leni John Latief berfoto bersama tim CV Jaya Rasa Bengkulu usai mengunjungi sentra produksi krupuk tuiri, Dalam kunjungan tersebut, Leni mengapresiasi inovasi krupuk berbahan dasar tulang ikan tenggiri yang dinilai potensial untuk menembus pasar nasional hingga ekspor.
Bengkulu — Inovasi krupuk Tuiri berbahan dasar tulang ikan tenggiri sukses mencuri perhatian sejumlah anggota parlemen. Produk UMKM yang dikembangkan CV Jaya Rasa di Kota Bengkulu ini dinilai tak hanya unik dari segi bahan, tetapi juga bernilai gizi tinggi dan ramah lingkungan. Bahkan, krupuk ini sudah dibawa langsung ke Polandia oleh anggota DPD RI, Leni John Latief, sebagai contoh konkret inovasi pangan lokal Indonesia yang potensial di pasar global.
Kunjungan Leni John Latief ke lokasi produksi krupuk Tuiri pada Senin (16/6/2025) mengungkapkan apresiasi mendalam terhadap produk tersebut. Ia menyatakan kekagumannya atas metode produksi yang tidak menggunakan campuran daging ikan maupun bahan pengawet, namun tetap menghasilkan rasa gurih, kerenyahan yang khas, serta kandungan kalsium yang tinggi.
“Sudah saya bawa ke Polandia, dan insyaAllah akan saya bawa lagi ke luar negeri. Ini inovasi luar biasa. Temen temen saya pada suka, biasanya Bengkulu hanya dikenal dengan emping, sekarang kita punya krupuk dari tulang ikan tenggiri. Ini unik, bernutrisi, dan patut dibanggakan,” ujar Leni John Latief di sela-sela kunjungannya.
Krupuk tuiri diproduksi dari 100 persen tulang ikan tenggiri yang sebelumnya dianggap sebagai limbah. Tulang-tulang ini kemudian melalui proses pemilahan, penggilingan, pencampuran bahan alami, pencetakan, hingga pengemasan. Seluruh proses dilakukan tanpa tambahan bahan kimia atau pengawet, menjadikan krupuk ini sebagai camilan sehat yang sesuai dengan tren konsumsi masyarakat saat ini.
Selain itu, yang paling menarik perhatian Ibu Leni adalah fakta bahwa krupuk tuiri produksi Jaya Rasa menggunakan 100% tulang ikan tenggiri sebagai bahan utama, tanpa campuran daging ikan atau pengawet tambahan. Hal ini membuatnya terkejut sekaligus kagum, mengingat proses pengolahan tulang ikan menjadi camilan renyah bukan hal yang mudah.
“itu beneran dari tulang ikan? Terus pas orang makan sama sekali gak ada kerasa tulang ikan? Gak ada tambahan daging ikan? Wah Saya bener bener gak nyangka. Dari luar kayak krupuk biasa, tapi ternyata bahannya murni dari tulang ikan tenggiri. Ini inovasi luar biasa dan sangat potensial dikembangkan,” ujar Ibu Leni saat berbincang dengan pemilik Usaha CV Jaya Rasa Bengkulu, Muhammad Rofiq Akbar.
Menurut Leni John Latief, pemanfaatan limbah tulang ikan menjadi produk bernilai jual tinggi menunjukkan bahwa UMKM lokal mampu berinovasi. Produk seperti krupuk tuiri memiliki keunggulan tidak hanya dari sisi rasa dan gizi, tetapi juga dari pendekatan lingkungan yang mengolah limbah menjadi suatu yang mempunyai daya jual.
Apresiasi terhadap krupuk tuiri tidak hanya datang dari Leni John Latief. Sejumlah anggota DPR RI juga menyatakan ketertarikan mereka terhadap produk tersebut. Dalam berbagai forum promosi, mereka menilai krupuk tuiri sebagai salah satu bukti bahwa UMKM Indonesia dapat melahirkan inovasi yang kompetitif dan layak ditampilkan di panggung dunia.
“Ini bukan krupuk biasa. Ini bukti nyata kreativitas UMKM yang mengangkat potensi lokal menjadi produk bernilai jual tinggi. Sangat layak dikembangkan untuk pasar nasional maupun ekspor,” kata salah satu anggota DPR.
CV Jaya Rasa sendiri terus berinovasi dalam pengembangan produk. Tak hanya menjaga kualitas produksi, pelaku usaha juga mulai mengembangkan kemasan modern dan memperkuat strategi pemasaran digital. Hal ini dilakukan agar produk dapat menjangkau konsumen lebih luas, baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Leni menegaskan pentingnya kolaborasi antara UMKM, pemerintah daerah, komunitas usaha, serta kementerian terkait untuk mendorong produk lokal naik kelas. Menurutnya, banyak UMKM di daerah yang sudah memiliki kualitas produk baik, namun masih menghadapi keterbatasan dalam promosi, akses pasar, dan pendampingan bisnis.
“UMKM seperti ini bukan hanya butuh modal, tapi juga bimbingan dan akses pasar. Produk lokal seperti krupuk tuiri ini punya potensi ekonomi dan nilai budaya yang besar, tinggal bagaimana kita mendukungnya dengan serius,” tambah Leni.
Dengan karakter rasa yang otentik, kandungan nutrisi tinggi, serta pendekatan produksi yang mendukung keberlanjutan, krupuk tuiri kini tidak lagi sekadar camilan rumahan. Produk ini telah naik kelas sebagai produk fungsional berbasis laut yang mampu bersaing di pasar nasional maupun internasional.
Jika terus didorong dan difasilitasi, krupuk tuiri berpotensi menjadi salah satu ikon pangan sehat khas Bengkulu yang tak hanya membanggakan daerah, tetapi juga menjadi wajah baru inovasi kuliner Indonesia di mata dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar